Jumat, 25 November 2016

Aku Intan dan Ilham : Aku Mencintai Sahabatku dengan Caraku Sendiri

Cinta adalah perasaan yang indah, namun cinta tak selamanya indah. terkadang kita harus menahan perasaan cinta agar kita tidak kehilangan sesuatu yang berharga... dan hal tersebut lebih berharga dari cinta...

“Mamas...!!! Bangun mas...!!” terdengar suara adikku yang membangunkanku dipagi hari. Untuk sejenak aku terdiam, dan aku merasakan pipiku basah oleh sesuatu, dan aku menyadari kalau itu adalah airmata yang keluar karena mimpi aku tadi malam. “Mamas nangis lagi?? Cari pacar baru aja mas mas..!! dari pada mamas terus teringat sama mbak Intan!!” kata adikku. Akupun tersentak mendengar kata-ka
ta adikku yang terlalu terang-terangan berkata seperti itu. Akupun langsung pergi meninggalkan dan langsung menyelesaikan pekerjaan rumah tanpa berkata sepatah katapun dan mandi. “Pacar baru? Memang semudah itu melakukanya?” kataku dalam hati. Memang benar mencari pacar baru bukan solusi yang buruk untuk mengatasi tromaku ini, akan tetapi dari dalam diri aku sendiri masih belum ada fikiran sampai sejauh itu.

“Masmas ayo berangkat...!! sudah jam setengah tuju mas” suara adikku memanggil dari depan kamarku. Akupun segera keluar kamar dan mengambil sepedah untuk berangkat kesekolah. Dalam perjalanan laili terus saja membicarakan tentang pacar baru. Aku tidak begitu paham apa yang diinginkan laili, akan tetapi aku begitu kaget ketika dia bilang,”bagaimana kalau mamas pacaran dengan mbak Intan?”. “Hah..? Intan? Gak salah?” jawabku kaget. Kekagetanku bukanya tidak beralasan, ada beberapa alasan yang membuatku tidak bisa pacaran dengan Intan. Salah satunya adalah karena Intan merupakan sahabatku, sekaligus seseorang yang disukai oleh Ilham, sahabat baiku. Jadi tidak mungkin aku berpacaran dengan Intan.  “ya enggak lah.. Mbak Intan kan cantik? Apa lagi dia kan dekat dengan mamas?” jawabnya menanggapi kekagetanku. Akupun tidak terlalu menanggapi lagi apa yang dibicarakan laili, sampai akhirnya kita sampai disekolah laili. Setelah menurunkan laili, akupun langsung ingin menuju kampusku. Sebelum aku pergi, laili berkata,“Mas... Cewek gak suka menunggu low”. Aku tidak bagitu paham apa yang laili maksud, dan aku hanya pergi ke sekolahanku sambil memikirkan apa maksud dari kata-kata laili.

Setelah sampai disekolahan, aku segera memarkirkan sepedahku dan menuju kekelasku. Didepan kelas aku melihat Intan dan Ilham sedang ngobrol entah apa yang dibicarakan. “Putri Fesion dan Raja Clutak sekarang akur ya? Ciyeee....? ” ejekku ketika melihat Intan dan Ilham. Intan adalah tetanggaku yang biasa aku panggil Putri Fesion karena dia suka sekali berpakaian, berjalan, dan berbicara seolah-olah seperti artis terkenal, sedangkan Ilham aku panggil Raja Clutak karena dia suka sekali makan dan selalu ngemil setiap saat. “Amiiinn....” jawab Ilham mendengar kata-kataku. “ Akur? Kita sebenarnya musuan Ren..!!” jawab Intan. “Apa Musuh? Seburuk itukah aku dimatamu? Tolong... tolong jangan benci aku ratuku” jawab Ilham sambil berlagak seolah-olah sedang bermain teater. “Udah Cuekin aja Ilham..!! dia ngaco mulu dari tadi” Ilham merupakan sahabatku sejak kita SMP dulu. Ilham sebenarnya menyukai  Intan sudah lama, akan tetapi entah mengapa dia tidak pernah mengatakannya. Dan ketika aku tanyakan, dia selalu berkata,”Banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum aku nembak Intan”. Aku merasa ada suatu dalam perkataanya tersebut, dan sesuatu tersebut belum bisa aku cerna maksudnya. “eh iya rend kamu udah ngerjain sosiologinya pak Pujo?” tanyaku kerendi, serentak Intan dan Ilham kompak bilang,” Belum....!!”. Sebenarnya tanpa ditanya aku sudah tau jawaban mereka, karena kami adalah tipe siswa yang mengerjakan tugas 1 hari sebelum tugas dikumpulkan. “yaudah ntar kita ngerjain bareng ya?” jawabku sambil mengeluh dengan prinsip kerja 1 hari sebelum dikumpulkan. “Oke bos!!” jawab Ilham dan Intan kompak. Beberapa saat kemudian bel berbunyi yang menandakan kelas akan dimulai, dan kamipun masuk kelas dan memulai pelajaran.

Jam baru menunjukan pukul 9.30, akan tetapi suasana bosan memenuhi ruangan. Dan hanya beberapa siswa yang masih aktif dan terlihat semangat untuk mengikuti pelajaran. Tiba-tiba Intan yang duduk didepanku memberikan kertas yang bertuliskan,“Ren.. ntar setelah ngerjain tugas jangan pulang dulu ya!!” . “Memang ada apa?” jawabku sambil membisikan ketelinganya. “Mau tanya pelajaran matematika tentang Logaritma! Kamu kan jagonya matematika?” jawabnya yang ditulis dalam kertas. “Oke” jawabku sekenanya. Aku mengambil HP yang aku taruh ditas aku untuk mengabari adikku kalau aku nanti mau mengerjakan tugas, dan jarak beberapa menit, adikku bilang kalau dia akan bareng sama temanya. Akhirnya kami kembali mendengarkan pelajaran walaupun sedikit memaksa.

Bel yang menandakan kelas berahir sudah berbunyi, dan kami pergi ke rumah Ilham untuk mengerjakan tugas yang akan dikumppulkan besok. Setelah sampai dirumahnya ilham, kamipun langsung keruang tamu dan mempersiapkan cemilan untuk selingan ketika mengerjakan tugas. “Ibu kamu kemana ham?” tanyaku karena melihat suasana rumahnya yang sepi. “Keluar ke Surabaya baru pulang besok siang” jawabnya sambil menyalakan laptop yang dia bawa dari kamarnya. “wah coba kamu punya pacar ham, pasti enak berduaan dirumah.. hehe..” candaku sambil tersenyum menyindir. “Enak apanya Ren? Kalau enak, kenapa gak kamu aja yang punya pacar? Ada Lisa, Linda, Mega, Ayuk, Lintang, dan banyak lagi cewek yang oke dan dapat kamu pilih” Jawab Ilham menyindirku. Akhirnya aku dan Ilham malah saling menyindir hingga Intan yang merasa dicuekin menghentikan kami,“ Udah kerjain aja tugasnya..!! sesama jomblo dilarang saling menghina” kata Intan sambil memasang muka cemberut. “Ciyee jangan ngambek gutu Intan sayangku cintaku hatiku dan belahan jiwaku!!” jawab Ilham sambil menggoda Intan yang cemberut. “jangan remehkan kejombloan kami, jika saat ini kami jomblo, itu berarti kami adalah tipe cowok yang selektif” jawabku membela diri. “Ren ren.. itu alasan klasik ren, bilang aja belum laku” jawab Intan tidak terima dengan jawabanku. “Bukan gitu, tapi Selektif.. inget selektif..!! jawabku membela diri. Akhirnya hampir 1 setengah jam kami habiskan untuk saling mengejek satu sama lain. “Inget kata Raditia Dika, yang bilang kalau cowok itu hanya ada dua kategori, kalau gak homo, ya bajingan. Ternyata benar ya..??” kata Intan sambil sebel. “Iya aku tau, makanya aku gak mau pacaran sama Cowok, maunya sama cewek!!” jawabku tanpa sadar. Sejenak kami diam tanpa sepatah katapun, kami memikirkan apa yang baru saja aku katakan. Dan setelah beberapa detik berfikir,  kami tertawa terbahak bahak mendengar jawabanku yang sepontan. Akhirnya kami hanya tertawa sampai perut kami sakit. “Udah udah jangan bercanda mulu... ayo dikerjain tugasnya” kata Intan sambil menahan tertawa. Kamipun mulai mengerjakan tugas lagi dan tepat jam 3 sore, tugas kami selesai. “Kami pulang dulu ya ham?” pamit Intan. “OK...Hati-hati dijalan ya?” balas Ilham.

Akhirnya aku dan Intan pulang bareng naik sepedaku, karena Intan tadi memang tidak membawa sepeda. “Rendi... jadi ngajarin aku?” tanya Intan menagih janji untuk mengajarinya matematika. “iya jadi... dirumahku apa dirumahmu?” tanyaku sambil tetep fokus mengendarai sepeda. “Di alun-alun mau? Sekalian refresing Ren..!!” katanya. Akupun mengiyakan usulan Intan karena pada saat itu, aku memang ingin pergi kesana karena males pulang.

 Setelah sampai ditaman, akhirnya kami mencari tempat yang pas buat berteduh dan mengerjakan tugas. Sekedar informasi aja, alun-alun dikotaku berupa taman yang lumayan bagus, sehingga banyak digunakan orang-orang untuk refresing, jalan-jalan, atau ada juga yang pacaran. “Soal ini bagaimana Rend?” tanyanya sambil menunjukan soal yang menurutku cukup mudah dikerjakan. “Kamu punya catatan tentang persamaan logaritma kan? Coba cari dulu!!” perintahku karena aku tau v pasti punya catatanya karena untuk kelengkapan catatan, aku kalah besar darinya. “Eh iya ada... hehe..” katanya sambil membaca ulang apa yang ada dicatatanya.

Sore itu, banyak sekali kendaraan yang lalu-lalang di area taman alun-alun, sehingga terkadang terdengar suara bel mobil yang mengganggu pendengaran kami. “Eh Intan... pulang aja yuk? Bising banget!!” ajaku karena aku tau Intan juga tidak suka keadaan yang seebising ini. “Bentar Rend... kurang sedikit lagi..” katanya sambil mengerjakan soal yang tadi dia tanyakan. Akupun hanya diam dan berbaring disamping Intan yang sedang mengerjakan soal sambil menutup mataku. “Eh Rend... kamu lagi deket sama cewek ya?” tanya Intan yang merupakan pertanyaan yang tak terduga. “ya deket lah.. kan aku lagi deket sama kamu?” jawabku sambil tetap memejamkan mataku. “Eh Ren... Kamu mau gak ja . . . . . ma aku” kata Intan yang tidak terlalu jelas karena pada saat itu ada mobil dengan suara yang keras. “Apa?? tadi kamu bilang apa Intan?” jawabku sambil tetap memejamkan mata aku. Intan yang merasa ga dianggep mencubit pipiku agar aku bangun dan mendengarkanya. “iya iya.. apa sih Intan..??” jawabku sambil mencoba bangun dan duduk didepanya sambil memasang ekspresi serius. Sambil malu-malu, Intan berkata,”Sebenarnya aku tadi bilang kamu mau gak ja...”, ”Waduh aku lupa pesenan adik aku..!! ayo pulang aja...  soalnya kalau aku gak cepet-cepet Laili bisa marah ntar!!” kataku sambil berusaha menarik tanganya agar dia mau pulang sekarang. Dia hanya diam dan nurut saja denganku ketika aku memasang ekspresi seperti orang kebingungan.

Setelah sampai dirumah Intan, aku segera pamitan untuk pulang dan membeli buku pramuka yang di  pesan oleh adikku. Setelah sampai rumah, aku langsung kekamar adikku untuk menyerahkan buku yang tadi dipesan oleh adikku. Dan setelah menyerahkan titipan adikku, aku langsung perki kekamarku dan merebahkan tubuhku kekasur. Sejenak aku berfikir apa yang barusaja terjadi antara aku dan Intan, dan memikirkan apa yang sudah aku lakukan.

Aku tau apa yang sebenarnya dikatakan oleh Intan, akan tetapi aku tidak mau dia mengatakanya. Bukan karna aku tidak dengan Intan, melainkan aku lebih mencintai Persahabatan kita bertiga. Aku tidak ingin persahabatan kita akan rusak ketika salah satu dari kita ada yang pacaran. Ketika dalam persahabatan, ada yang pacaran, pasti akan tercipta rasa canggung diantara kita bertiga. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan untuk meminta maaf kepada Intan. Apakah aku harus diam saja seperti tidak terjadi apa-apa diantara kita? atau apakah aku harus minta maaf kepada Intan?. Ketika aku minta maaf, aku takud dia berfikir aku menolaknya dan hal itu akan mengakibatkan kecanggungan terhadap persahabatan kita. akan tetapi jika aku bersikap seperti biasa, aku takut kalau dia menganggap kalau aku mempermainkan dia. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan, akan tetapi aku akhirnya memutuskan untuk menulis sebuah sms kepadanya. 
“Kita bertiga adalah satu, dan kita tidak akan terpisah”. 
Mungkin sms itu sangat simpel, akan tetapi aku yakin dia paham maksutnya. setelah beberapa menit, aku mendapatkan balasan dari Intan,
”Iya aku minta maaf. Terimakasih karena melakukanya. Mungkin sedikit menyakitkan, tapi aku sadar. Aku terlalu berfikir pendek. karena pada dasarnya, aku tidak ingin kehilangan kebahagiaan dan kenyamanan saat kita bertiga bersama”
Melihat sms Intan yang seperti itu, akupun menjadi tenang. Aku berfikir kalau apa yang aku rasakan sudah tersampaikan padanya. Yang bisa aku lakukan hanya mengucapkan terimakasih banyak kepadanya.  

Pada kesokan harinya, akupun berencana untuk menjelaskan masalah yang sebenarnya agar Intan tidak salah paham. Akupun segera berjalan menuju kelasku. “Ham kok bisa ketinggalan sih?” tiba-tiba terdengar suara Intan yang terlihat sedang memarahin Ilham. “yaya mau bagaimana lagi...?? aku beneran lupa tan” kata ilham membela diri. “Sabar-sabar apanya.. ini masalahnya terahir itu sekarang” jawab Intan terlihat semakin marah. Melihat suasana tersebut, akupun hanya diam terlebih dahulu disamping mereka berdua sambil tersenyum melihat Ilham yang sedang dimarahin Intan. “Rend... kok kamu senyum-senyum aja sih? Tolongin aku lah rend!!” kata Rendi meminta bantuan padaku. “heh.. jangan bawa-bawa Rendy.. masalahnya itu kamu!!” kata Intan. Melihat hal tersebut akupun hanya terdiam dan tersenyyum. Aku berfikir kekhawatiranku ternyata salah. Intan tetap bersikap seperti Intan yang biasa. Niatku untuk menjelaskan masalahnya ke Intan ternyata sudah tidak diperlukan lagi. Melihat Ilham yang terus diserang, aku kasihan sendiri melihatnya, akhirnya aku mengeluarkan makalah yang sempat aku copy dari laptopnya Ilham kemarin, dan menyerahkan ke Ilham. “Intan udah capek kan? Sekarang tenangin dulu ya? Itu makalahnya udah aku print. Jadi sabar ya?” kataku mencoba menengkan Intan yang sedang marah. Melihat makalahnya ternyata sudah aku print, Ilhampun agak mulai tenang karena kemarahan Intan akan segera berahir. Akan tetapi dia salah, ternyata Intan masih marah dan terus saja ngomel.

Melihat intan yang bersikap biasa seperti itu, akupun sedikit lebih tenang. Kita bertiga adalah sahabat, dan sampai kapanpun kita akan menjadi sahabat. ntah apa perasaanku yang sebenarnya pada Intan, tapi yang pasti aku sangat ingin hubungan kita tetap bersama. Aku Intan dan Ilham tidak akan terpisah dan aku tak akan membiarkan hubungan kita bertiga hancur oleh sebap apapun.


Cerita Ini adalah repost dari cerita yang ada di blog yang lama...
jadi untuk selanjutnya, postingan ada disini ya....


Artikel Cerpen lain bisa anda cari disini :
Daftar Cerpen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar